#Selamat Datang di Website "Teman Disabilitas" UPTD Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2025#

Penerapan Terapi Perilaku

 

PENERAPAN TERAPI PERILAKU (BEHAVIORAL THERAPY) PADA DISABILITAS

 

Terapi Perilaku (Behavioral Therapy) adalah pendekatan terapeutik yang terfokus pada perubahan perilaku individu dengan mengidentifikasi dan memodifikasi pola perilaku yang tidak diinginkan. Penerapan Terapi Perilaku pada individu dengan disabilitas dapat membantu mereka mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.(APTA,2018)

 Berikut adalah beberapa prinsip dan strategi yang digunakan dalam penerapan Terapi Perilaku pada disabilitas:

1.     Penilaian dan Penetapan Tujuan:  Langkah pertama dalam Terapi Perilaku adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap individu dengan disabilitas. Ini mencakup mengidentifikasi perilaku yang tidak diinginkan, perilaku yang diinginkan, serta faktor-faktor lingkungan dan personal yang mungkin memengaruhi perilaku tersebut. Setelah penilaian, terapis bekerja sama dengan individu dan keluarganya untuk menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, dan realistis.

2.     Intervensi Berbasis Bukti:  Terapi Perilaku berupaya untuk menggunakan intervensi yang didasarkan pada bukti empiris. Ini berarti bahwa teknik dan strategi yang digunakan telah terbukti efektif dalam penelitian sebelumnya. Pilihan intervensi akan disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan disabilitas.

3.     Penguatan Positif:  Salah satu prinsip utama dalam Terapi Perilaku adalah penguatan positif. Ini berarti memberikan imbalan atau penghargaan untuk perilaku yang diinginkan. Penguatan positif dapat berupa pujian, hadiah, atau bentuk penguatan lainnya. Misalnya, jika seorang anak dengan autisme merespon dengan baik saat belajar interaksi sosial yang tepat, ia dapat diberi pujian atau hadiah.

4.     Penghapusan Penguatan Negatif:  Terapi Perilaku juga melibatkan penghapusan atau mengurangi penguatan untuk perilaku yang tidak diinginkan. Ini dapat dilakukan dengan menghindari memberikan perhatian atau respons yang negatif terhadap perilaku tersebut. Contohnya, jika seorang anak dengan ADHD sering melakukan perilaku impulsif untuk mendapatkan perhatian, mengabaikan perilaku tersebut dapat membantu mengurangi kejadian perilaku tersebut.

5.     Penjadwalan Waktu:  Menetapkan jadwal waktu yang terstruktur dapat membantu individu dengan disabilitas mengorganisasi aktivitas mereka dengan lebih baik. Ini dapat melibatkan pembuatan rutinitas harian yang konsisten atau menggunakan sistem peringatan visual untuk membantu mereka mengikuti jadwal.

6.     Desensitisasi Sistematis:  Untuk individu dengan disabilitas yang mengalami kecemasan atau ketakutan tertentu, terapis dapat menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Ini melibatkan menghadapi situasi atau stimulus yang menimbulkan kecemasan secara bertahap dan dengan dukungan, sehingga individu dapat mengatasi kecemasan tersebut seiring berjalannya waktu.

7.     Pelatihan Keterampilan:  Terapi Perilaku juga dapat mencakup pelatihan keterampilan sosial, keterampilan berkomunikasi, dan keterampilan kehidupan sehari-hari lainnya. Pelatihan ini dapat membantu individu dengan disabilitas menjadi lebih mandiri dan berfungsi dengan lebih baik dalam masyarakat.

8.     Keterlibatan Keluarga:  Melibatkan keluarga dalam terapi sangat penting. Keluarga dapat memainkan peran yang besar dalam memberikan penguatan positif dan membantu mendukung perubahan perilaku yang diinginkan.

Penerapan Terapi Perilaku pada disabilitas harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan. Terapis perlu bekerja sama dengan individu, keluarga, dan tim perawatan lainnya untuk merancang program yang sesuai dan efektif. Selain itu, penting juga untuk memonitor kemajuan dan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan.



==============================================================================

Referensi :

American Physical Therapy Association. (2018). Guide to Physical Therapist Practice. Edisi ke-3. APTA.