PENERAPAN TERAPI
PERILAKU (BEHAVIORAL THERAPY) PADA DISABILITAS
Terapi Perilaku (Behavioral Therapy) adalah pendekatan
terapeutik yang terfokus pada perubahan perilaku individu dengan
mengidentifikasi dan memodifikasi pola perilaku yang tidak diinginkan.
Penerapan Terapi Perilaku pada individu dengan disabilitas dapat membantu
mereka mengatasi hambatan yang mereka hadapi dalam kehidupan
sehari-hari.(APTA,2018)
Berikut adalah beberapa prinsip dan strategi
yang digunakan dalam penerapan Terapi Perilaku pada disabilitas:
1.
Penilaian
dan Penetapan Tujuan: Langkah pertama
dalam Terapi Perilaku adalah melakukan penilaian komprehensif terhadap individu
dengan disabilitas. Ini mencakup mengidentifikasi perilaku yang tidak
diinginkan, perilaku yang diinginkan, serta faktor-faktor lingkungan dan
personal yang mungkin memengaruhi perilaku tersebut. Setelah penilaian, terapis
bekerja sama dengan individu dan keluarganya untuk menetapkan tujuan yang
spesifik, terukur, dan realistis.
2.
Intervensi
Berbasis Bukti: Terapi Perilaku berupaya
untuk menggunakan intervensi yang didasarkan pada bukti empiris. Ini berarti
bahwa teknik dan strategi yang digunakan telah terbukti efektif dalam
penelitian sebelumnya. Pilihan intervensi akan disesuaikan dengan kebutuhan
individu dengan disabilitas.
3.
Penguatan
Positif: Salah satu prinsip utama dalam
Terapi Perilaku adalah penguatan positif. Ini berarti memberikan imbalan atau
penghargaan untuk perilaku yang diinginkan. Penguatan positif dapat berupa
pujian, hadiah, atau bentuk penguatan lainnya. Misalnya, jika seorang anak
dengan autisme merespon dengan baik saat belajar interaksi sosial yang tepat,
ia dapat diberi pujian atau hadiah.
4.
Penghapusan
Penguatan Negatif: Terapi Perilaku juga
melibatkan penghapusan atau mengurangi penguatan untuk perilaku yang tidak
diinginkan. Ini dapat dilakukan dengan menghindari memberikan perhatian atau
respons yang negatif terhadap perilaku tersebut. Contohnya, jika seorang anak
dengan ADHD sering melakukan perilaku impulsif untuk mendapatkan perhatian, mengabaikan
perilaku tersebut dapat membantu mengurangi kejadian perilaku tersebut.
5.
Penjadwalan
Waktu: Menetapkan jadwal waktu yang
terstruktur dapat membantu individu dengan disabilitas mengorganisasi aktivitas
mereka dengan lebih baik. Ini dapat melibatkan pembuatan rutinitas harian yang
konsisten atau menggunakan sistem peringatan visual untuk membantu mereka
mengikuti jadwal.
6.
Desensitisasi
Sistematis: Untuk individu dengan
disabilitas yang mengalami kecemasan atau ketakutan tertentu, terapis dapat
menggunakan teknik desensitisasi sistematis. Ini melibatkan menghadapi situasi
atau stimulus yang menimbulkan kecemasan secara bertahap dan dengan dukungan,
sehingga individu dapat mengatasi kecemasan tersebut seiring berjalannya waktu.
7.
Pelatihan
Keterampilan: Terapi Perilaku juga dapat
mencakup pelatihan keterampilan sosial, keterampilan berkomunikasi, dan
keterampilan kehidupan sehari-hari lainnya. Pelatihan ini dapat membantu
individu dengan disabilitas menjadi lebih mandiri dan berfungsi dengan lebih
baik dalam masyarakat.
8.
Keterlibatan
Keluarga: Melibatkan keluarga dalam
terapi sangat penting. Keluarga dapat memainkan peran yang besar dalam
memberikan penguatan positif dan membantu mendukung perubahan perilaku yang
diinginkan.
Penerapan Terapi
Perilaku pada disabilitas harus selalu disesuaikan dengan kebutuhan individu
yang bersangkutan. Terapis perlu bekerja sama dengan individu, keluarga, dan
tim perawatan lainnya untuk merancang program yang sesuai dan efektif. Selain
itu, penting juga untuk memonitor kemajuan dan melakukan penyesuaian sesuai
kebutuhan.
==============================================================================
Referensi
:
American Physical Therapy Association.
(2018). Guide to Physical Therapist Practice. Edisi ke-3. APTA.
Social Plugin