MENGETAHUI
PERBEDAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DENGAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS
Seperti yang
kita ketahui, anak berkebutuhan khsusus adalah anak yang memiliki perkembangan
dan pertumbuhan yang berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus
ini merupakan anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan
pada emosi, mental, kognitif, dan fisik yang di mana pada anak ABK ini terdapat
gangguan perkembangan dan kelainan yang dimiliki oleh anak tersebut. Anak
berkebutuhan khusus ini tidak mendapatkan informasi yang maksimal sehingga
mereka tidak akan bisa mengikuti perintah dengan baik. Faktor yang menyebabkan
anak mengalami berkebutuhan khusus adalah beberapa faktornya yaitu seperti
faktor prenatal, faktor Natal dan faktor postnatal.
Lain halnya
dengan anak penyandang disabilitas. Anak penyandang disabilitas adalah individu/anak
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual maupun sensori dalam
jangka waktu lama, ketika berhadapan
dengan berbagai hambatan tersebut, maka hal ini dapat menghalangi partisipasi
yang penuh dan efektifnya dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang
lainnya. Adapun permasalahan dari anak penyandang disabilitas dalam
psikososialnya seperti anak penyandang disabilitas ini akan memiliki kecenderungan
untuk rendah diri, menghargai terlalu berlebihan, mudah tersinggung, terkadang
juga agresif, pesimis, sulit mengambil keputusan, menarik diri dari lingkungan,
kecemasan berlebihan, ketidakmampuan dalam hubungan dengan orang lain maupun
ketidakmampuan mengambil peranan sosial. Menurut Soewito (1993) mengatakan,
permasalahan dari anak penyandang disabilitas bisa dilihat dari empat aspek,
yaitu :
a. Aspek yang
berasal dari penyandang disabilitas itu sendiri meliputi
-
hambatan fisik mobilitas,
-
hambatan mental psikologis,
-
pendidikan,
-
produktifitas,
-
sosial ekonomi,
-
hambatan fungsi sosial.
b. Aspek dari
pihak keluarga meliputi,
-
sikap memberi perlindungan yang berlebihan yang dimana
menghambat perkembangan kemampuan optima,
-
pengetahuan yang rendah,
-
diskriminasi dikarenakan kurang kesadaran mengenai
pendidikan bagi anaknya,
-
malu untuk menampilkan anaknya.
c. Aspek dari
masyarakat,
-
masyarakat ragu terhadap kemampuan/potensi para
penyandang disabilitas,
-
bersifat masa bodoh,
-
lemahnya pengelolaan organisasi bidang kecacatan,
-
terbatasnya lapangan pekerjaan bagi individu penyandang
disabilitas.
d. Aspek dari
pemerintah dimana undang-undang penyandang disabilitas belum
dijalankan dengan baik
Referensi:
Jauhari, A.
(2017). Pendidikan inklusi sebagai alternatif solusi mengatasi permasalahan
sosial anak penyandang disabilitas. IJTIMAIYA: Journal of Social Science
Teaching, 1(1).8
Social Plugin